Yustinus Dwi Atmojo: Hadapi Tantangan tahun 2030 dengan Silaturahmi, Negosiasi, dan Kolaborasi.

Mediarakyat TV

 

Pada kegiatan halal bihalal ACSB Wonogiri Yustinus Dwi Atmojo, S.M. menyampaikan semangat dan pandangan strategis dalam menghadapi tantangan masa depan

Wonogiri MR — Pada kegiatan halal bihalal ACSB Wonogiri Yustinus Dwi Atmojo, S.M. menyampaikan semangat dan pandangan strategis dalam menghadapi tantangan masa depan, khususnya menjelang tahun 2030. Menurutnya, tantangan ke depan bukan hanya datang dari kompetitor luar negeri, tetapi juga dari perkembangan pesat teknologi robotik dan otomatisasi yang menggeser banyak peran manusia di berbagai sektor.

"Prediksi ke depan, banyak keahlian yang hari ini kita kuasai bisa digantikan oleh robot. Operator di perusahaan semakin sedikit dibutuhkan karena berbagai pekerjaan seperti akuntansi, layanan pelanggan, hingga operasional mesin dapat diselesaikan oleh sistem otomasi," ujarnya.

                 Yustinus Dwi Atmojo, S.M

Namun, Yustinus menekankan bahwa ada dua hal yang tidak akan pernah bisa digantikan oleh robot: silaturahmi dan kemampuan negosiasi. Dua hal ini menurutnya menjadi kunci keberlangsungan usaha, terutama di tengah perubahan zaman yang cepat.

Dalam pandangannya, pelaku usaha perlu melibatkan generasi muda—terutama anak-anak mereka sendiri—untuk mulai belajar tentang usaha sejak dini. "Ajak anak-anak bapak ibu untuk mengenal usahanya dan kolaborasikan dengan berbagi pengetahuan tentang tren serta teknologi terkini yang mereka pelajari saat ini. Kegiatan ini adalah bentuk investasi pengetahuan jangka panjang pada usaha bapak ibu semuanya," pesannya kepada para pengusaha.

Saat Berdiskusi dengan Anggota ACSB

Yustinus sendiri dikenal sebagai pendidik dan pengusaha yang aktif mengembangkan metode bimbingan belajar (bimbel) yang telah menjadi bagian dari kurikulum di berbagai sekolah. Fokusnya adalah tentang bagaimana seorang siswa saat ini bisa lebih cepat menangkap ilmu dalam pelajaran sehingga waktu yg tersisa bisa digunakan untuk mempelajari ilmu diluar mata pelajaranya yang diajarkan di sekolah, sehingga fokusnya bukan hanya pada pencapaian akademik semata.

 Untuk menjawab tantangan generasi dimasa depan, pengembangan kemampuan hidup seperti bertani, berdagang, dan negosiasi yang ia yakini akan tetap relevan.

Dalam menghadapi era revolusi industri dan percepatan teknologi, Yustinus Dwi Atmojo, S.M., memberikan pesan penting kepada para pelaku usaha dan orang tua: “Jangan jadikan putra-putri kita budak robot, tapi penguasa dari teknologi itu sendiri.”

Yustinus menegaskan bahwa teknologi seperti robotik, kecerdasan buatan, dan otomatisasi memang tak terelakkan dan terus berkembang. Namun, di tengah kemajuan ini, ada hal-hal mendasar yang tidak bisa tergantikan: komunikasi, silaturahmi, dan negosiasi. 

Ia meyakini bahwa kemampuan untuk berinteraksi, menyampaikan gagasan dengan efektif, serta menjalin koneksi manusiawi adalah keahlian yang justru semakin penting.

"Komunikasi dan negosiasi adalah aset masa depan. Robot bisa memproses data, tapi tidak bisa menggantikan empati, insting bisnis, dan sentuhan manusia dalam berinteraksi," jelasnya.

Tak berhenti di dunia pendidikan, saat ini Yustinus mulai menekuni dunia ekspor sebagai salah satu strategi menghadapi gejolak ekonomi global. Ia menilai bahwa ekspor adalah peluang besar yang dapat dimanfaatkan oleh pelaku usaha kecil menengah (UKM) Indonesia jika dibekali dengan pengetahuan dan jejaring yang tepat.

"Dalam kondisi ekonomi yang tidak menentu, justru saatnya kita mencari peluang baru dan memperkuat nilai-nilai lokal yang bisa diterima di pasar global," tutupnya.

Yustinus yang saat ini aktif mengekspor furniture ke berbagai negara, termasuk Amerika memberikan tips-tips tentang strategi konkret bagi pelaku UMKM yang ingin naik kelas hingga menembus pasar ekspor. Ia menjelaskan pentingnya pentingnya publik speaking agar ketika kita bertemu dengan buyer luar negeri kita bisa dengan percaya diri menawarkan produk yang kita punya. 

Untuk itu, dorong anak-anak untuk tidak hanya mengejar prestasi akademik, tetapi juga membekali mereka dengan kemampuan public speaking, kecakapan sosial, dan penguasaan bahasa asing yang berpengaruh di dunia saat ini.

“Kita harus ajarkan mereka bicara di depan umum, berani mengemukakan pendapat, bahkan menguasai banyak bahasa seperti Inggris, Mandarin, Arab, atau bahasa global lainnya. Dunia semakin terhubung, dan mereka harus siap,” tambahnya.

Sebagai praktisi pendidikan yang juga aktif di bidang ekspor, Yustinus percaya bahwa masa depan bukan tentang siapa yang paling pintar secara teori, tetapi siapa yang paling siap beradaptasi, berjejaring, dan menciptakan peluang.

Pria yang akrab dipanggil Mas Yus ini mengungkapkan wonogiri yang kegiatan ekonominya didominasi sektor pertanian juga memiliki potensi produk-produk unggulan seperti hasil pertanian kopi, alpukat, hingga camilan khas memiliki peluang besar untuk menembus pasar Timur Tengah dan Asia Tenggara. Kuncinya, pelaku UMKM harus terus meningkatkan kualitas dan siap dengan standar global.

Sayangnya masih banyak pelaku UMKM yang masih belum memiliki kemapuan dan kompetensi untuk melakukan ekspor produknya, beliau menjelaskan pentingnya inovasi produk, kualitas, desain kemasan, hingga kapasitas produksi sebelum membidik buyer luar negeri.

 Bisa dilihat dari beberapa produk pangan yang diolah masih belum memperhatikan tren Konsumen saat ini yang semakin peduli dengan apa yang akan mereka konsumsi, perlu kita ketahui kebayakan produk kita masih belum dianggap sehat seperti tingkat minyak pada makanan yang masih berlebih, kandungan gula cukup tinggi. Konsumen semakin menginginkan informasi yang jelas dan lengkap mengenai bahan-bahan yang digunakan dalam produk yang mereka beli.

 Labeling produk yang jelas dan informatif, termasuk daftar bahan-bahan yang digunakan, semakin penting bagi konsumen. Ini juga mengarah pada desain kemasan yang harus semakin menarik dan ergonomis yang membuat konsumen menjadi lebih senang untuk membeli produk kita.

Dengan segala kendala tadi, Mas Yus kembali menyampaikan refleksi penting mengenai peran komunitas dalam pengembangan usaha.

“Dulu saya benar-benar tidak memahami penting dan manfaatnya komunitas,” ungkapnya dengan jujur di hadapan para pelaku UMKM dan anggota ACSB. “Tapi semakin ke sini, saya semakin sadar bahwa komunitas, apalagi yang terorganisir seperti organisasi atau asosiasi, sangat penting untuk pertumbuhan usaha kita.”

Yustinus menekankan bahwa di tengah era digital dan serbuan teknologi, ada satu hal yang tetap tak tergantikan: kebersamaan dan kekuatan jejaring manusia. "Berkomunitas itu sendiri adalah skill. Dan ini adalah salah satu kegiatan yang tidak bisa dilakukan oleh robot," ujarnya.

Ia juga mengingatkan bahwa memperjuangkan sesuatu sendirian terasa berat. Tapi ketika dilakukan bersama dalam satu visi melalui komunitas, perjuangan menjadi lebih kuat dan bermakna.

Tak lupa, Yustinus menegaskan bahwa berorganisasi dan berkomunitas juga memiliki ilmunya sendiri. Dibutuhkan kesabaran, kemampuan komunikasi, kepemimpinan, dan kolaborasi. Semua ini harus terus dilatih, terutama oleh para pelaku usaha yang ingin berkembang secara berkelanjutan.

“Komunitas bukan hanya tempat kumpul, tapi tempat belajar, bertumbuh, dan saling menguatkan. Inilah kekuatan yang tidak bisa digantikan oleh algoritma maupun robot tercanggih sekalipun,” pungkasnya.

Melalui sambutan inspiratif ini, Yustinus Dwi Atmojo mendorong pelaku UMKM untuk terus aktif dalam komunitas yang sehat dan produktif, sebagai bekal menghadapi tantangan masa depan yang semakin kompleks.(Fery Yelyanto/ Cahyospirit)















Posting Komentar untuk "Yustinus Dwi Atmojo: Hadapi Tantangan tahun 2030 dengan Silaturahmi, Negosiasi, dan Kolaborasi."