Tanah Wonogiri sebelah timur sangat cocok pertanian ubi madu
Wonogiri MR - Wonogiri Timur, terutama wilayah seperti Jatiroto, Jatisrono, Slogohimo, Puhpelem, dan Bulukerto, kini menjadi daerah yang semakin dikenal sebagai penghasil ubi madu berkualitas.
Tanaman ubi madu, yang terkenal karena rasa manis dan teksturnya yang lembut, kini menjadi komoditas yang banyak diminati masyarakat. Bahkan, sejumlah petani dan pelaku usaha mulai melihat potensi besar dari usaha ini, baik sebagai tanaman pangan maupun sebagai peluang bisnis yang menjanjikan.
Salah satunya adalah Titik, seorang petani sekaligus pedagang ubi madu asal Jatiroto, yang memanfaatkan tanah kosong di lahannya.
Dengan memanfaatkan tanah yang sebelumnya tidak terpakai, Titik kini berhasil mengembangkan usaha ini dengan hasil yang menggembirakan. “Dulu lahan ini kosong, tapi sekarang bisa menghasilkan ubi madu yang banyak diminati,” ujar Titik.
Titik dan suaminya baru saja merintis usaha ini, namun kini mereka telah berhasil menjual sekitar 40 hingga 45 kilogram ubi madu per hari.
Harga ubi madu mentah per kilogram di pasaran saat ini berkisar antara 8.000 hingga 9.000 rupiah. Tidak hanya menjual ubi madu mentah, Titik juga menjual ubi madu yang telah diproses dengan cara dipanggang atau oven, yang memiliki cita rasa yang lebih khas dan berbeda dari ubi madu mentah.
“Seiring dengan meningkatnya permintaan, kami juga mencoba untuk memenuhi pasar dengan produk olahan ubi madu yang siap makan. Ubi madu oven lebih tahan lama dan lebih praktis untuk dikonsumsi,” tambahnya.
Keberhasilan Titik ini seiring dengan cocoknya kondisi tanah di Wonogiri bagian timur untuk pengembangan tanaman ubi madu.
Tanah yang subur dan iklim yang mendukung menjadikan wilayah ini tempat yang ideal untuk menanam ubi madu. Oleh karena itu, tidak mengherankan jika semakin banyak petani di kawasan tersebut yang beralih ke usaha budidaya ubi madu.
Media sosial juga memiliki peran besar dalam perkembangan usaha ini. Banyak pelanggan yang mengenal produk ubi madu melalui platform digital, baik itu Facebook, Instagram, maupun TikTok.
“Sekarang media sosial sangat berpengaruh dalam bisnis kami. Banyak pelanggan baru yang datang berkat promosi lewat media sosial, mereka bisa melihat langsung bagaimana kami mengolah dan menjual ubi madu,” ujar Titik.
Pelanggan tidak hanya datang dari Wonogiri, tetapi juga dari daerah luar yang tertarik membeli ubi madu sebagai oleh-oleh khas. Bahkan, beberapa konsumen menghubungi Titik melalui media sosial untuk melakukan pemesanan, baik dalam jumlah kecil maupun besar.
Ke depan, Titik berharap usaha ini dapat berkembang lebih pesat. Ia berencana untuk terus memperluas lahan tanamannya dan meningkatkan kualitas produk olahan ubi madu. Selain itu, ia juga berencana untuk meningkatkan pemasaran dengan menggandeng lebih banyak mitra atau toko yang bisa menjual produknya.
Dengan semakin meningkatnya permintaan dan berkembangnya teknologi pemasaran digital, usaha ubi madu di Wonogiri Timur menunjukkan potensi yang sangat cerah.
Keberhasilan Titik bersama suaminya menjadi contoh nyata bahwa dengan memanfaatkan peluang yang ada dan memanfaatkan media sosial sebagai sarana promosi, bisnis ubi madu dapat berkembang pesat dan memberikan keuntungan yang signifikan bagi para pelaku usaha.(Ari Saman / Cahyospirit)
Posting Komentar untuk "Potensi Tanaman Ubi Madu di Wonogiri Timur: Peluang Usaha yang Menjanjikan"