Bapak Edy Blangkon dan istri mengisi kegiatan sharing bisnis di Aula Gethuk Take
Karanganyar MR -Hilirisasi bahan baku merupakan langkah penting Rumah Produksi Gethuk Take dalam meningkatkan nilai tambah produk pertanian dan memastikan ketersediaan bahan baku yang stabil. Salah satu komoditas yang sedang dikembangkan dikembangan rumah produksi ini adalah singkong (pohong), dengan kebutuhan mencapai 6-5 kwintal per hari. Untuk memenuhi kebutuhan ini, kerja sama dengan petani menjadi kunci utama. Produk olahan utama dari singkong yang menjadi andalan adalah Gethuk Take Frozen, makanan tradisional yang kini dikemas lebih modern dan memiliki pasar luas.
Bapak Edy Blangkon saat proses panen singkong bersama petaniSalah satu tantangan utama dalam budidaya singkong adalah fluktuasi harga yang tajam. Saat belum ada kolaborasi yang baik, harga singkong bisa melonjak hingga Rp8.000-9.000 per kilogram, tetapi saat panen raya, harga bisa anjlok karena melimpahnya pasokan yang tidak terolah. Untuk memastikan produksi Gethuk Take tidak terganggu akibat pasokan yang tidak stabil, sistem penanaman bergilir antar desa diterapkan. Dengan jadwal tanam yang bergiliran, panen bisa dilakukan setiap minggu sehingga bahan baku selalu tersedia.
Kebun singkong yang berlokasi dikaranganyarSelain itu, ketersediaan air menjadi faktor penting dalam budidaya singkong. Untuk mengatasi musim kemarau, sistem pengelolaan air dengan cara lep diterapkan, dengan memanfaatkan aliran air dari Grojogan Sewu. Bahkan, kabar terbaru rencana pembangunan tampungan air sedang diajukan untuk mendukung pertanian yang lebih berkelanjutan.
Untuk menjaga keberlanjutan pasokan Gethuk Take, kontrak kerja sama dibuat dengan petani agar mereka menanam sesuai jadwal yang telah ditentukan. Tentunya pada awal sosialisai program ini terdapat kendala dan perdebatan dari para petani , namun dalam jangka panjang sistem ini dapat memastikan suplai bahan baku tetap terjaga tanpa terjadi lonjakan atau kelangkaan pasokan.
Selain itu, harga singkong juga dikalkulasi dengan prinsip keadilan, bekerja sama dengan kelompok tani agar harga tetap stabil. Dalam beberapa tahun terakhir, harga singkong bisa anjlok hingga Rp1.000 per kilogram saat panen raya, sementara di saat kelangkaan bisa mencapai Rp9.000. Untuk menghindari spekulasi (Kebelgong), harga yang disepakati adalah Rp4.000-5.000 per kilogram, sehingga petani dan produsen Gethuk Take sama-sama mendapatkan keuntungan yang layak.
Inovasi dan riset juga menjadi bagian penting dalam pengembangan singkong untuk Gethuk Take. Kerja sama dengan Universitas Sebelas Maret (UNS) menghasilkan peningkatan produktivitas yang signifikan. Jika sebelumnya satu pohon singkong hanya menghasilkan 10 kg umbi, kini dengan metode budidaya yang lebih baik, hasil panen meningkat menjadi 20-25 kg per pohon. Hal ini membuat bahan baku Gethuk Take lebih tersedia dan memungkinkan produksi dalam jumlah lebih besar tanpa harus menaikkan harga secara drastis.
Keberlanjutan ekosistem pertanian tidak hanya bergantung pada petani, tetapi juga melibatkan para pedagang (bakul). Oleh karena itu, selain menjaga hubungan baik dengan petani, perhatian juga diberikan kepada para pedagang yang berperan dalam pendistribusian singkong ke berbagai pasar dan pusat produksi Gethuk Take.
Selain itu, ada inisiatif sosial untuk semakin merekatkan hubungan dengan petani, seperti pemberian hewan kurban kepada kelompok tani melalui tabungan khusus yang owner siapkan. Langkah ini menjadi bentuk kepedulian dan apresiasi terhadap para petani yang telah berkontribusi dalam rantai pasok singkong untuk Gethuk Take.
Untuk meningkatkan daya tarik Gethuk Take di pasar, strategi pemasaran berbasis promo juga diterapkan. Pada hari-hari tertentu, seperti perayaan milad, voucher promo diberikan kepada pelanggan sebagai bentuk apresiasi dan cara menarik lebih banyak pelanggan ke pasar.
Dengan sistem hilirisasi yang terintegrasi, mulai dari perencanaan tanam, pengelolaan harga yang stabil, peningkatan produktivitas, hingga strategi pemasaran yang inovatif, ekosistem pertanian singkong semakin kuat dan berkelanjutan.
Model ini bukan hanya menguntungkan petani, tetapi juga mendukung pertumbuhan ekonomi desa melalui produk unggulan Gethuk Take, yang kini semakin dikenal dan diminati masyarakat luas.(Fery Yelyanto/ Cahyospirit ).
Posting Komentar untuk "Rahasia Gethuk Take Karanganyar Menjaga Stabilitas Harga Bahan Baku"