Solo MR — Halaman Balaikota Surakarta dipenuhi oleh ratusan pelukis dari berbagai komunitas se-Soloraya dan luar kota dalam acara seni dan budaya “Solo Menggambar”.
Kegiatan ini diselenggarakan untuk memperingati Hari Toleransi, dengan tema utama yang mengangkat nilai-nilai budaya,Sabtu (2/11/2024).
Acara dimulai dengan ritual doa dan kirab yang diikuti peserta membawa lukisan mereka. Kirab tersebut berkeliling menuju bundaran jam di Pasar Gedhe dan kembali ke Balaikota.
Edy Darsono, salah satu panitia, menjelaskan bahwa kirab ini menunjukkan bahwa seni lukis bisa diekspresikan secara kolosal, mirip dengan acara Solo Menari yang pernah sukses sebelumnya.
Ketua Panitia, Agung Bakar, dalam sambutannya menyatakan bahwa “Solo Menggambar” adalah wadah untuk menegaskan toleransi di tengah perbedaan keyakinan dan komunitas.
Ia menekankan pentingnya kebersamaan untuk kebaikan, yang tercermin dalam berbagai acara keagamaan yang rutin digelar di sepanjang jalan Balaikota.
Agung berharap kegiatan seni dan budaya yang mencerminkan toleransi ini dapat terus dipertahankan sebagai bagian dari kearifan lokal.
Selain melukis, acara ini juga dimeriahkan oleh hiburan musik dan fashion show. Meskipun beberapa seniman berharap ada lelang untuk karya mereka, panitia lebih memilih memberikan kesempatan bagi tamu undangan untuk mengamati dan berkeliling menikmati lukisan-lukisan yang ada.
Acara berakhir dengan sukses pada pukul 22.00 WIB, menciptakan suasana harmonis dan penuh toleransi di Kota Solo.(Taufiq/ Cahyospirit )
Posting Komentar untuk "Toleransi dalam Wadah Solo Menggambar"