(Dikala Pagi Mencari Laron )
Wonogiri MR - Di tengah keramaian perkotaan, kehadiran hewan laron mungkin dianggap biasa dan sering diabaikan. Namun, di daerah pedesaan, laron menjelma menjadi makanan favorit yang dicari-cari, terutama di musim hujan. Saat hujan reda dan malam tiba, laron bermunculan, membawa kegembiraan bagi banyak warga desa yang menjadikannya sebagai hidangan istimewa yang murah meriah.
Laron, yang dikenal sebagai serangga bersayap, muncul setelah hujan sebagai bagian dari siklus hidupnya.
Banyak warga desa, seperti Mbah Karem, menunggu momen ini untuk memungut laron. “Setiap kali ada hujan, saya iseng-iseng mencari laron di pagi hari. Rasanya sangat enak jika diolah menjadi botok,” katanya.
Botok laron, yang merupakan salah satu hidangan tradisional, terbuat dari laron yang dicampur dengan bumbu khas dan dibungkus daun pisang sebelum dikukus.
Rasa khas yang dihasilkan dari perpaduan laron dan bumbu ini menjadi daya tarik tersendiri, membuatnya dicari saat laron sedang melimpah.
Kandungan protein yang tinggi pada laron menjadi alasan mengapa hewan ini banyak dikonsumsi. Namun, bagi beberapa orang yang sensitif, mengonsumsi laron dapat menyebabkan alergi dan gatal-gatal pada kulit.
Meskipun demikian, laron tetap menjadi pilihan menarik bagi banyak warga desa, terutama karena murah tanpa harus membeli karena tinggal mencari diluar rumah dan cara penyajiannya yang sederhana.
Di sisi lain, laron juga memiliki siklus hidup yang menarik. Setelah mengalami metamorfosis, laron akan kehilangan sayapnya dan berkembang menjadi rayap atau ngengat.
Hewan ini sering menjadi masalah bagi para pemilik rumah, karena dapat merusak kayu jendela dan pintu. Namun, dalam konteks kuliner, laron tetap dianggap sebagai anugerah yang membawa berkah tersendiri bagi masyarakat desa.
Arkananta, seorang anak desa dari mlokomanis wetan ,Ngadirojo juga berbagi pengalaman tentang betapa nikmatnya botok laron buatan neneknya. “Di pasar, tidak ada yang menjual laron, jadi kami harus mencarinya sendiri. Botok laron nenek saya adalah yang terbaik, rasanya tidak ada yang bisa menandingi,” ujarnya penuh semangat.
Musim hujan yang membawa laron juga menjadi momen berkumpulnya keluarga. Di banyak rumah, hidangan botok laron kadang ada saat bersantai dan bercengkerama. Kegiatan mencari laron di pagi hari menjadi tradisi yang dinantikan, mengingatkan semua orang akan kearifan lokal dan nilai-nilai kebersamaan dalam masyarakat desa.
Dengan demikian, meskipun laron mungkin tampak sepele di perkotaan, di pedesaan ia mengandung makna yang lebih dalam. Dari sekadar makanan, laron menjadi simbol tradisi dan kebersamaan, memperkaya ragam kuliner lokal yang terus dilestarikan.
Saat hujan tiba, laron akan selalu menjadi penanda bahwa kehangatan keluarga dan kelezatan makanan tradisional masih hidup dan terus dijaga di tengah gempuran modernisasi.(Cahyospirit)
Posting Komentar untuk "Laron: Makanan Favorit Musiman di Pedesaan"